Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Institute for Strategic Dialogue (ISD) mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan: chatbot AI sering kali memasukkan propaganda Rusia ke dalam tanggapan mereka terhadap perang di Ukraina. Penelitian tersebut, yang menganalisis jawaban dari platform AI terkemuka seperti ChatGPT OpenAI, Gemini Google, Grok xAI, dan V3.2 Deepseek, menyoroti bagaimana sistem ini rentan mencerminkan bahasa yang bias dan mengandalkan sumber-sumber Rusia, terutama ketika membahas topik tertentu.
Metodologi dan Temuan Utama
Para peneliti ISD mengajukan lebih dari 300 pertanyaan dalam lima bahasa tentang konflik di Ukraina. Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja dibuat dengan bahasa yang bias, jahat, atau netral untuk menilai bagaimana setiap chatbot akan merespons dan sumber mana yang akan mereka gunakan. Studi ini menemukan bahwa sumber-sumber Rusia jauh lebih sering muncul dalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bias dan jahat, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi platform-platform tersebut untuk secara tidak sengaja memperkuat disinformasi.
Pengamatan Khusus Platform
Setiap chatbot AI menunjukkan perilaku berbeda saat menanggapi pertanyaan tentang Ukraina:
- ChatGPT: Menunjukkan kecenderungan kuat untuk memberikan sumber berbahasa Rusia ketika disajikan dengan perintah yang bias atau jahat, menawarkan tautan Rusia tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pertanyaan netral.
- Grok: Paling cenderung mengutip sumber-sumber Rusia bahkan dalam pertanyaan netral. Pola yang menonjol adalah kutipan langsung Grok terhadap jurnalis Russia Today, yang mengaburkan batas antara propaganda yang didukung negara dan opini pribadi. Para peneliti juga mencatat bahwa Grok mungkin tidak secara efektif mendeteksi dan membatasi konten dari media pemerintah Rusia yang terkena sanksi, bahkan ketika diposkan ulang oleh pihak ketiga.
- Deepseek: Memberikan volume tautan tertinggi ke sumber yang didukung Rusia dalam dua kueri, mengarahkan pengguna ke platform seperti VT Foreign Policy, yang menyebarkan konten dari kelompok propaganda terkenal Rusia.
- Gemini: Menunjukkan perilaku paling cerdas, menolak menjawab beberapa pesan jahat dengan menyebutkan kekhawatiran tentang topik yang berpotensi tidak pantas atau tidak aman. Meskipun mereka menyadari adanya risiko yang terkait dengan permintaan yang bias, mereka terkadang gagal mengungkapkan sumber yang digunakan untuk merumuskan tanggapannya.
Peran ‘Kekosongan Data’ dan Bias Konfirmasi
Studi ini mengidentifikasi faktor kunci yang berkontribusi terhadap fenomena ini: adanya “kekosongan data”. Ini adalah istilah penelusuran atau topik yang tidak memiliki banyak informasi berkualitas tinggi dan dapat diandalkan. Dalam kasus ini, chatbot tampaknya lebih bergantung pada sumber yang tersedia, meskipun sumber tersebut berasal dari saluran yang berpotensi bias atau propaganda.
Para peneliti menekankan bahwa temuan ini mengkonfirmasi adanya “bias konfirmasi” dalam sistem AI. Artinya, chatbot cenderung meniru bahasa yang digunakan dalam perintah, sehingga memengaruhi cara mereka mengungkapkan tanggapan dan sumber yang diprioritaskan.
Topik yang Menjadi Perhatian
Prevalensi sumber-sumber Rusia bervariasi berdasarkan subjek yang ditanyakan:
- Perekrutan Militer: Sumber-sumber pemerintah Rusia paling sering dikutip ketika ada pertanyaan mengenai upaya perekrutan militer Ukraina. Grok mengutip setidaknya satu sumber Rusia dalam 40% tanggapannya, sementara ChatGPT mengikuti dengan lebih dari 28%.
- Kejahatan Perang dan Pengungsi Ukraina: Topik-topik ini menghasilkan jumlah sumber yang didukung Rusia paling sedikit di keempat chatbot.
Kesimpulan
Temuan penelitian ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan kewaspadaan yang lebih besar mengenai potensi chatbot AI untuk menyebarkan propaganda Rusia. Meskipun beberapa platform seperti Gemini telah menunjukkan kemampuan untuk mengenali dan menolak permintaan jahat, tren keseluruhan menyoroti perlunya peningkatan verifikasi sumber, penyesuaian algoritmik untuk mengurangi bias konfirmasi, dan upaya untuk mengisi kekosongan data dengan informasi yang andal dan tidak memihak. Mengatasi tantangan ini sangat penting untuk memastikan bahwa chatbot AI berfungsi sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya dan tidak berkontribusi terhadap penyebaran disinformasi secara tidak sengaja.
