Giving Tuesday: Bagaimana Gerakan Kontra Konsumerisme Menjadi Fenomena Global

9

Giving Tuesday, hari pemberian amal tahunan yang diadakan pada hari Selasa setelah Thanksgiving, telah berkembang dari ide sederhana menjadi kekuatan global. Tahun ini, pada tanggal 2 Desember, jutaan orang akan berpartisipasi dalam acara tersebut, yang awalnya dirancang sebagai tanggapan langsung terhadap hiruk pikuk Black Friday dan Cyber ​​Monday yang didorong oleh konsumen.

Asal Usul Sebuah Gerakan

Periode pasca-Thanksgiving didominasi oleh belanja: pertama Black Friday, lalu Cyber Monday, dan akhirnya Small Business Saturday. Menyadari tren ini, para pemimpin di 92nd Street Y di New York dan Yayasan Perserikatan Bangsa-Bangsa berupaya menciptakan keseimbangan. Pada tahun 2012, mereka meluncurkan Giving Tuesday, dengan harapan dapat memanfaatkan keinginan untuk interaksi yang lebih bermakna setelah berhari-hari berfokus pada konsumsi.

Idenya sengaja bersumber terbuka. Seperti yang dijelaskan Rob Reich, seorang profesor Stanford yang terlibat dalam pengembangan proyek, para pendiri sengaja menghindari hak cipta atas hashtag atau branding tersebut. “Semua orang bisa memasukkan konten mereka sendiri ke dalamnya, dengan harapan bisa menyebar.” Pendekatan ini terbukti sangat efektif. Gerakan ini segera menjadi viral, dan kini, 13 tahun kemudian, gerakan ini terus berkembang.

Dari Hashtag Viral hingga Upaya Internasional

Memberikan pertumbuhan pada hari Selasa sungguh luar biasa. Pada tahun pertamanya, sekitar $10 juta disumbangkan melalui penggalangan dana online. Pada tahun 2022, angka tersebut melonjak hingga mencapai rekor $3,1 miliar, dengan 34 juta orang berpartisipasi. Gerakan ini telah menyebar ke lebih dari 80 negara, termasuk negara-negara yang tidak mengenal Black Friday dan Cyber ​​Monday, hal ini menunjukkan keinginan universal untuk memberi kembali.

Perluasan ini menyoroti pergeseran nilai-nilai sosial yang lebih luas. Meskipun musim liburan sering kali identik dengan belanja, Giving Tuesday menawarkan jalan keluar bagi mereka yang ingin menjauh dari konsumerisme dan berkontribusi pada perubahan positif. Beberapa peneliti berpendapat bahwa rasa syukur mempunyai peranan, menjadikan periode pasca-Thanksgiving sebagai waktu yang tepat untuk mendorong kemurahan hati.

Apakah Memberi Hari Selasa Efektif?

Meskipun pertumbuhannya pesat, Giving Tuesday masih mewakili sebagian kecil dari total sumbangan amal di AS. Orang Amerika menyumbangkan $592,5 miliar untuk amal pada tahun 2024, sementara kontribusi Giving Tuesday berjumlah $3,6 miliar. Artinya, acara tersebut tidak akan mendanai sebagian besar badan amal sendirian, dan donasi rutin yang berulang tetap penting bagi keberlanjutannya.

Namun, menganggap Giving Tuesday sebagai sesuatu yang tidak penting adalah sebuah kesalahan. Kemampuan untuk menyelamatkan nyawa, atau mencapai dampak serupa, hanya memerlukan beberapa ribu dolar. Yang lebih penting lagi, hari ini memicu perbincangan penting mengenai filantropi dan mendorong partisipasi yang lebih luas di luar sumbangan uang.

Melampaui Donasi: Kekuatan Kesadaran

Giving Tuesday bukan sekedar acara penggalangan dana; ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang kegiatan amal dan menginspirasi orang untuk berpikir tentang bagaimana mereka dapat membuat perbedaan. Peserta terlibat melalui kegiatan sukarela, berbagi informasi tentang organisasi yang berpengaruh, dan bahkan mengejar karir di sektor nirlaba.

Seperti yang diungkapkan Asha Curran, CEO Giving Tuesday, gerakan ini menekankan pendekatan holistik terhadap filantropi. Hal ini tidak hanya mencakup donasi uang namun juga secara aktif mendiskusikan cara memaksimalkan dampak dan memahami tantangan yang dihadapi organisasi.

Pada akhirnya, membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik memerlukan kemurahan hati dan dedikasi untuk mengukur dampak, membicarakan apa yang ingin kita capai, dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai masalah yang ingin kita selesaikan.

Giving Tuesday berfungsi sebagai pengingat bahwa tindakan kolektif, dikombinasikan dengan keterlibatan yang bijaksana, dapat mendorong perubahan yang berarti. Keberhasilan gerakan ini terletak pada kemampuannya untuk memobilisasi individu dan organisasi, tidak hanya untuk memberi satu hari saja tetapi juga untuk komitmen berkelanjutan menuju dunia yang lebih berbelas kasih.